Kamis, 30 Maret 2017

Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat : Game Online

a. Penggabungan : Game online membuat mahasiswa lupa waktu dan kadang mereka melupakan tugas-tugasnya hanya karena bermain game online.

b. Pertentangan : Game online mempunyai dampak negatif, salah satunya yaitu mahasiswa akan kecanduan bermain game online tetapi dibalik itu semua game online juga memiliki banyak dampak positif.

c. Pemilihan : Daripada bermain game online, lebih baik mahasswa memanfaatkan waktu untuk melakukan hal yang positif seperti bermain alat musik atau olahraga, selain bisa untuk menghilangkan bosan juga bisa membuat tubuh menjadi fres dan sehat.

d. Penguatan : Apabila sudah kecanduan bermain game online mahasiswa rela menghabiskan banyak kuotanya untuk bermain game online bahkan banyak dari mereka yang rela mengeluarkan uang berjuta-juta rupiah demi game online.

e. Waktu : Akibat maraknya game online dikalangan mahasiswa pada saat ini menjadi salah satu penyebab turunnya IPK.

f. Sebab : Sebaiknya jangan sampai kecanduan game online, sebab kecanduan game online bisa membuat mahasiswa menjadi pemalas. 

g. Akibat : Mahasiswa sering bergadang hanya karena bermain game online sehingga mereka sering terlambat masuk kuliah.

h. Syarat : Boleh saja bermain game online asalkan bisa membagi waktu.

i. Perlawanan : Kebanyakan mahasiswa akan tetap bermain game online meskipun mereka sedang ada ujian.

j. Pengandaian : game online tidak akan membuat mahasiswa menjadi malas seandainya mahasiswa dapat memilah dan membagi waktu.

k. Tujuan : Sebaiknya mahasiswa menghndari game online agar tetap fokus pada kuliah dan cita-citanya.

l. Perbandngan : Kecanduan game online ibarat pecandu rokok yang sulit berhenti.

m. Pembatasan: Kecanduan game online bisa dibatasi dengan mudah kecuali tidak ada kemauan dalam diri sendiri.

Kamis, 23 Maret 2017

Pengaruh Game Online terhadap Mahasiswa


Kata                : Game
Frasa                : Game Online
Hipotesa          : Pengaruh game online terhadap mahasiswa
1.      Game online mempengaruhi cara berpikir mahasiswa
2.      Ketika sudah bermain game online, mahasiswa seakan lupa dengan apapun termasuk tugasnya
3.      Kebanyakan mahasiswa berkata bahwa bermain game online bertujuan untuk menghibur dan menghilangkan stress
4.      Game online mempengaruhi sifat mahasiswa
5.      Game online berdampak terhadap kesehatan

Game online mempengaruhi cara berpikir mahasiswa. Bermain game online mempunyai dampak positif dan negatif bagi cara pikir seseorang. Dampak positifnya yaitu kita dapat meningkatkan konsentrasi dan berpikir lebih kreatif bagaimana caranya kita bisa menyelesaikan misi dan memenangkan game. Dampak negatifnya yaitu dapat membuat orang menjadi bodoh karena ketika seseorang sering atau terbiasa bermain game online maka mereka cenderung sulit mencerna pengetahuan yang seharusnya dapat mereka ketahui dan mereka butuhkan.
Ketika sudah bermain game online, mahasiswa seakan lupa dengan apapun termasuk tugasnya. Game online menyebabkan kecanduan  dan jika sudah bermain game online mahasiswa seakan lupa dengan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa, bahkan mereka rela mengeluarkan uang sebanyak apapun dan menghabiskan kuota mereka demi bermain game online. Terkadang mereka juga lupa makan karena keasyikan bermain game online dan alhasil mereka akan terkena penyakit lambung karena sering telat makan.
Kebanyakan mahasiswa berkata bahwa bermain game online bertujuan untuk menghibur dan menghilangkan stress. Memang benar, jika sedang jenuh dan bosan dengan tugas yang menumpuk, bermain game online dapat digunakan untuk melepaskan jenuh. Akan tetapi, kebanyaan mahasiswa jika sudah bermain game online akan lupa waktu dan akhirnya tugas  tidak terselesaikan.
Game online mempengaruhi sifat mahasiswa. Ketika sudah asyik bermain game online, mahasiswa akan menjadi malas untuk melakukan kegiatan lainnya. Mereka cenderung lebih mementingkan menyelesaikan misi dari game online daripada melakukan hal lain. Dengan kata lain mereka diperbudak oleh game online. Namun tidak semua game online merugikan bagi mahasiswa, sekarang sudah banyak game online dengan kategori kuis yang dapat memberikan pengetahuan umum kepada mahasiswa.
Game online berdampak bagi kesehatan. Kecendurang begadang karena bermain game online hingga larut malam membuat mahasiswa kurang tidur. Alhasil, ketika keesokan harinya mempunyai jadwal  kuliah pagi, mereka akan bangun kesiangan dan terlambat. Akibatnya  mereka tidak boleh masuk kelas dan mengikuti materi perkuliahan, kalaupun boleh mereka tidak akan bisa berkonsentrasi dan menerima materi dengan baik akibat mengantuk. Keseringan bermain game online juga bisa merusak mata karena mata di paksa menatap layar laptop atau handphone terlalu lama dan terlalu sering.

Kesimpulan     : Bermain game online mempunyai banyak dampak baik positif maupun negatif. Akan tetapi menurut saya game online lebih banyak dampak negatifnya. Game online juga mempengaruhi cara berpikir dan sifat mahasiswa.

Solusi  : Jika mahasiswa merasa bosan terutama dengan tugas yang terlalu banyak dan menumpuk, akan lebih baik jika mencari kegiatan yang lebih positif. Misalnya, mendengarkan lagu atau bermain alat musik, menyanyi, olahraga, dan kegiatan positif lainnya. Itu bisa lebih bermanfaat bagi mahasiswa daripada bermain game online, bahkan kegiatan itu memiliki keuntungan bagi mahasiswa. Contohnya, olahraga akan membuat badan menjadi lebih sehat dan fresh, mendengarkan lagu misalnya lagu klasik bisa membuat pikiran tenang, dan bermain gitar bisa menginspirasi kita untuk menciptakan instrument atau lagu baru. Selain untuk melepas lelah dan jenuh, juga menguntungkan bagi mahasiswa untuk lebih sehat dan berkarya.

Data    : Dari 15 mahasiswa yang saya wawancarai, mereka cenderung  merasakan dampak negatif dari bermain game online.

Kamis, 16 Maret 2017

Penggunaan Game Online di Kalangan Mahasiswa

Kata        : Game
Frasa       : Penggunaan Game Online
Hipotesa : Menurut survey yang saya lakukan, dari 21 responden terdapat 57,1% mahasiswa yang    menyukai game online dan menganggap game online bermanfaat bagi dirinya yaitu untuk hiburan di kala bosan. Kebanyakan dari mereka menyukai game online memasak dan berdandan.

Data        :





Kamis, 02 Maret 2017

Pelajaran Mengarang
 Karya : Seno Gumira Ajidarma
     
Pelajaran mengarang sudah dimulai.
Kalian punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati.
Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”.
Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pada pena kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati. Dari balik kaca-matanya yang tebal, Ibu Guru Tati memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam apa.
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.  Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu merasa mendapat kesulitan besar, karena ia harus betul-betul mengarang. Ia tidak bisa bercerita apa adanya seperti anak-anak yang lain. Untuk judul apapaun yang ditawarkan Ibu Guru Tati, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang mereka alami. Tapi, Sandra tidak, Sandra harus mengarang. Dan kini Sandra mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan.
Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
“Lewat belakang, anak jadah, jangan ganggu tamu Mama,” ujar sebuah suara  dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya.
***
  
Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang berbahagia.
“Mama, apakah Sandra punya Papa?”
“Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.
Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
“Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”
Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu kalau keluar kota berhari-hari entah ke mana.
Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.
“Anak siapa itu?”
“Marti.”
“Bapaknya?”
“Mana aku tahu!”
Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
“Anak kecil kok dibawa kesini, sih?”
“Ini titipan si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.”
Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.
***
Tiga puluh menit lewat tanpa permisi. Sandra mencoba berpikir tentang “Ibu”. Apakah ia akan menulis tentang ibunya? Sandra melihat seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, selalu bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik keatas kursi.
Apakah wanita itu Ibuku? Ia pernah terbangun malam-malam dan melihat wanita itu menangis sendirian.
“Mama, mama, kenapa menangis, Mama?”
Wanita itu tidak menjawab, ia hanya menangis, sambil memeluk Sandra. Sampai sekarang Sandra masih mengingat kejadian itu, namun ia tak pernah bertanya-tanya lagi. Sandra tahu, setiap pertanyaan hanya akan dijawab dengan “Diam, Anak Setan!” atau “Bukan urusanmu, Anak Jadah” atau “Sudah untung kamu ku kasih makan dan ku sekolahkan baik-baik. Jangan cerewet kamu, Anak Sialan!”
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergelatak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.
“Mama kerja apa, sih?”
Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian dalam sebuah bahasa yang bisa dilontarkan padanya karena pertanyaan seperti itu.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seprti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
“Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Sandra.”
“Seperti Mama?”
“Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.”
Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam tingkah laku yang lain. Maka, berkelebatan di benak Sandra bibir merah yang terus menerus mengeluaran asap, mulut yang selalu berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan pager …
Tentu saja Sandra selalu ingat apa yang tertulis dalam pager ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang merias diri dimuka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol dan membacakannya.
     
DITUNGGU DI MANDARIN
KAMAR: 505, PKL 20.00

   
Sandra tahu, setiap kali pager ini menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah , ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.
***
Empat puluh menit lewat sudah.
“Yang sudah selesai boleh dikumpulkan,” kata Ibu guru Tati.
Belum ada secoret kata pun di kertas Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu belum mempunyai persoalan yang teralalu berarti dalam hidupnya menulis dengan lancar. Bebarapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya segera berlari keluar kelas.
Sandra belum tahu judul apa yang harus ditulisnya.
“Kertasmu masih kosong, Sandra?” Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya.
Sandra tidak menjawab. Ia mulai menulis judulnya: Ibu. Tapi, begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama, Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah terbiasa hanya berbisik.
Ia  juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur. Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara lenguhnya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika dikolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan “Mama, mama …” dan pipinya basah oleh air mata.
“Waktu habis, kumpulkan semua ke depan,” ujar Ibu Guru Tati.
Semua anak berdiri dan menumpuk karanganya di meja guru. Sandra menyelipkan kertas di tengah.
Di rumahnya, sambil nonton RCTI, Ibu Guru Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah.
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong:
Ibuku seorang pelacur…


Palmerah, 30 November 1991
*) Dimuat di harian Kompas, 5 Januari 1992.  Terpilih sebagai Cerpen Pilihan Kompas 1993. 
Sumber :https://duniasukab.com/2008/02/03/pelajaran-mengarang/





Cerpen karangan Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “ Pelajaran Mengarang Sudah Dimulai “, telah berhasil menyulap perasaan pembaca terhadap tokoh Sandra. Seorang anak yang masih belia dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar  harus memikul beban disaat gurunya menyuruhnya untuk mengarang. Kehidupan yang didapatkan Sandra sangat berbeda dengan kebanyakan anak lainnya. Keluarga kami yang bahagia, Liburan dirumah nenek, dan ibu, ketiga judul karangan yang diberikan oleh gurunya membuat dia meratapi kisah hidupnya yang sangat berat untuk anak se-usianya.
Menurut saya, sangat tidak pantas jika anak seusia Sandra sudah harus mengetahui hal-hal yang seharusnya belum ia ketahui. Ini dapat kita lihat saat Sandra berada di kolong tempat tidur dan kala itu dia mendengar suara lenguhan ibunya dengan seorang pria yang tidak ia ketahui di atas ranjang. Dan dia hanya bisa berdiam di kolong tempat tidur sambil menangis. Begitu juga saat dia melihat ibunya selalu pulang malam dan kadang ibunya memuntahkan isi perutnya dengan bau alcohol yang sangat menyengat. Terkadang ibunya juga membawa seorang pria dan berakhir dengan seorang pria yang tidur memeluk ibunya setiap harinya, tetapi Sandra tetap sangat menyayangi ibunya. Sandra juga sering mendengar kata-kata kasar setiap dia bertanya sesuatu hal kepada ibunya. Meskipun begitu, sebenarnya ibu Sandra sangat menyayangi Sandra.
Tak jarang ibunya mengajak Sandra jalan-jalan, belanja, dan juga makan di restoran saat Sandra sedang libur. Bahkan ibunya juga menasehati bahwa Sandra harus menjadi anak yang baik tidak seperti ibunya. Pernah sekali Sandra terbangun dari tidurnya karena mendengar suara isakan. Ibunya menangis dan Sandra menghampirinya sambil bertanya “ mama kenapa menangis?”, tetapi ibunya hanya diam saja dan memeluk Sandra.
Menurut saya, sebenarnya ibu Sandra sangat menyayanginya tetapi ibunya tidak tahu cara menunjukkan kasih sayangnya kepada Sandra. Bahkan ketika dia mengucapkan kata-kata kasar kepada Sandra itu karena dia menyimpan banyak beban penderitaan tanpa ada seorang pun untuk diajak berbagi. jadi, jangan pernah menilai orang dari penampilan, dan pekerjaannya.